Park Chan Wook
Screenplay :
Cast :
Choi Min Sik – Oh Dae Soo
Yoo Ji Tae – Joo Hwan
Kang Hye Jeong – Mido
Bersama Ghost World (2001), Road to Perdition (2002), American Splendor (2003), A History of Violence (2005) dan Persepolis (2007), film ini menjadi film drama adaptasi komik terbaik yang pernah dibuat. Film ini dianggap memiliki hasil yang lebih optimal dan baik dari komik-komik aslinya. Selain itu mendapatkan kritikan positif, film-film ini juga meraih banyak penghargaan dari festival dan penghargaan film Internasional. Termasuk Oldboy sendiri. Prestasi terbaik untuk film ini adalah untuk Park Chan Wook yang berhasil meraih penghargaan Grand Jury Prize Festival Film Cannes 2004.
Film ini menjadi bagian kedua dari trilogy revenge film yang dibuat oleh Park Chan Wook. Sympathy for Mr.Vengeance menjadi bagian pertama dan Sympathy for Lady Vengeance (2005) menjadi penutup trilogy ini.
Apa istimewanya Oldboy? Tidak banyak yang mengetahui Komik Oldboy sebelum akhirnya diadaptasi oleh Chan Wook. Oldboy adalah manga Jepang, diterbitkan oleh Futubasha tahun 1996 dengan creator Nobouki Minegishi dan Tsuchiya Garon. Dari sebuah manga tidak populer, Wook mengarahkannya menjadi sebuah film yang tak terlupakan sepanjang masa. Paling tidak itu menurut imdb.com yang memposisikan film ini pada peringkat 100 dari 250 film terbaik sepanjang masa. Jalan cerita film ini berhasil membingungkan penonton sepanjang selama 120 menit. Penonton ditempatkan sama dengan Oh Dae Soo, karakter utama dalam film ini. Mencari tahu, berpikir, menunggu dan ikut terbawa bersama Oh Dae Soomenemukan fakta-fakta yang kemudian akan membuatnya menyesali semua perbuatan dan dosa-dosa masa lalunya. Apakah benar Dae Soo berdosa? Sebuah kisah balas dendam sadis dan pahit akibat dendam yang dipendam begitu dalam.
Plot tumpang tindih, editing yang dikerjakan cemerlang, alur bolak balik yang memikat, ilustrasi musik karya Jo Yeung Wook yang mengiris hati dan tentu twist demi twist yang disiapkan dengan rapi dan tidak terduga menjadi poin-poin istimewa film ini. Semua difilmkan dengan sangat baik.
Pertanyaan kemudian muncul. Apakah sampai begitu sakitnya menyimpan dendam bertahun-tahun dan berencana dengan begitu rapi untuk membalaskanya. Apakah bisa diterima akal sehat atau bagaimana kita sebagai penonton bisa memahami pikiran kedua karakter utama yang saling dendam ini. Dalam film ini penonton diminta untuk mengeyahkan akal sehat. Penonton diminta (dipaksa) memahami bahwa saat kemarahan begitu menguasai manusia dan tertahan bertahun-tahun mungkin akan terlihat sah-sah saja.
Oh Dae Soo (Choi Min Sik) harus menerima kenyataan hidup terpenjara selama 15 tahun tanpa sebab yang jelas, terpisah dari istri dan anak semata wayangnya. Melalui siaran televisi yang disediakan di ‘penjara’ itu dia mengetahui dirinya menjadi narapidana pembunuhan istrinya. Selama 15 tahun dia mencoba untuk berpikir siapa yang tega membuat hidupnya “berhenti”. Membuatnya kehilangan rasa. Membuatnya menjadi seorang monster mengerikan berwujud manusia yang bertekad akan membalas semuanya.
Tetapi semua seperti telah terencana untuknya. Saat kebebasan telah di depan mata, Dae Soo tidak dengan mudah menemukan apa yang selama 15 tahun direncanakan. Karena ternyata kebebasan yang dia terima adalah “penjara” kedua baginya. Hidupnya masih seperti dalam pengawasan. Dendam dan amarah seperti mengawasi kemanapun kakinya melangkah. Kebebasan baginya untuk mencari tahu adalah sebuah rencana baru yang akan segera mempertemukannya dengan sang pemilik hidupnya selama 15 tahun. Karena masa 15 tahun tersebut akan digenapkan dengan kisah selanjutnya yang akan menjadi penjara jiwa bagi Dae Soo sepanjang hidupnya.
Bahkah pertemuannya dengan Mido (Kang Hye Jeong) menjadi bagian rencana kedua hidupnya. Mido menjadi kekasihnya. Mido membantunya mencari tahu siapa dalang yang menjadikannya Monster. Sampai kemudian dia dipertemukan dengan Joo Hwan (Yo Ji Tae), yang mengaku bertanggung jawab terhadap kemalangan hidupnya. Joo Hwan meminta Dae Soo mencari tahu siapa dia dan penyebabnya memenjarakan Dae Soo selama 15 tahun. Joo Hwan bahkan bangga dengan dirinya sendiri berhasil membentuk Dae soo menjadi sosok mengerikan, penuh dendam dan amarah.
Misteri yang menyelimuti hidup Dae Soo selama 15 tahun akhirnya mulai terkuak. Satu persatu jawaban hadir tidak tanggung-tanggung dengan twist yang disembunyikan dengan rapi oleh film ini. Untuk Dae Soo dan penonton. Sebuah masa lalu yang pahit bagi Joo Hwan membuatnya menyimpan dendam bertumpuk-tumpuk selama belasan tahun dan merencana sebuah pembalasan yang begitu rapi. Bukan sebuah pembalasan biasa yang disiapkan. Tetapi sebuah rencana balas dendam jangka panjang yang akan disesali oleh Dae Soo sepanjang sisa hidupnya. Sebuah kenyaataan pahit, sangat pahit bahkan telah dan sedang disiapkan Joo Hwan untuk Dae Soo. Sama seperti Dae Soo telah membuat hidupnya hampa selama bertahun-tahun.
Choi Min Sik yang berperan sebagai Dae Soo memperlihatkan dengan begitu menyakinkan seorang pria biasa yang berubah menjadi monster yang mengerikan. Aktingnya berhasil membuat kita sebagai penonton ikut merasakan bagaimana pahit dan perihnya hidup dengan ketidakpastian dan penuh amarah dan dendam. Atas usahanya ini Min Sik menerima banyak penghargaan aktor terbaik, salah satunya dari Asia Pacific Film Festival 2004
Rahasia hati, kekuatan dendam dan amarah serta misteri jiwa dan pikiran manusia menjadi polemik utama dalam film ini. Tidak dengan mudah bagi tiap manusia menerima kenyataan pahit yang dihadapkan padanya. Akal sehat dan jiwa yang bersih tentu menjadi satu-satunya jalan terbaik menyelami isi-isi hati dan pikiran untuk mencari sebuah iklas untuk dipilih. Tetapi justru bukan hal itulah sebaliknya yang ditampilkan dalam film ini. Sisi gelap pikiran dan hati manusia yang tidak bisa dengan mudah untuk dimengerti dan dipahami oleh siapapun. Membuat orang lain ikut merasakan perihnya kesedihan yang dibiarkan menguasai diri selama bertahun-tahun bukanlah sebuah penyelesaian yang bijak bahkan menyesatkan diri pada pilihan hidup yang salah seperti bunuh diri.
Selain di Cannes, film ini juga meraih penghargaan dari European Film Awards, British Independent Film Awards, Austin Film Critics Association Awards, Chicago Film Critics Association Awards, Hong Kong Film Awards, Stockholm Film Festival, Bangkok International Film Festival dan Asia Pacific Film Awards.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar