Minggu, 26 Juni 2011

Sympathy for Lady Vengeance (2005)


Director : Park Chan Wook
Screenplay : Park Chan Wook, Jeong Seo Gyeong
Cast:
Lee Young Ae – Lee Gum Ja
Choi Min Sik – Mr. Baek
Kim Si Hoo – Geun Shik
Kim Byeong Ok - Preacher
Nam Il Woo – Detectice Choi
Oh Dal Su – Mr. Chang
Lee Seung Sin – Park Yi Jeong
Kwon Yea Young - Jenny

Sympathy for Lady Vengeance melengkapi trilogy revenge yang dipersembahkan oleh Park Chan Wook. Film yang berjudul asli Chinjeolhan geumjassi ini berhasil memberikan semacam orgasme bagi penonton yang menunggu dua tahun sejak Oldboy, film keduanya rilis tahun 2003. Kepuasan yang didapat dari menonton film adalah penyempurnaan aksi sadis dan mencekam Chan Wook yang kali ini memanfaatkan perempuan sebagai tokoh yang membalaskan dendam tanpa ampun. Kepuasan dengan detail cerita, akting, teknis yang saling mendukung dengan hasil sangat maksimal. Meskipun berdiri sendiri, film ini tentu mendapatkan perbandingan dengan kedua film sebelumnya. Sympathy for Lady Vengeance berhasil mendekati “kegilaan” Oldboy meskipun secara penyutradaraan dan naskah, Oldboy terasa lebih sempurna dan maksimal.

Jika Sympathy for Mr. Vengeance dan Oldboy lebih terfokus pada 3 karakter utamanya. Maka dalam film ini kita diperkenalkan pada belasan karakter yang membantu usaha balas dendam yang akan dilakukan oleh Lee Gum Ja (yang dimainkan dengan sempurna oleh Lee Young Ae). Lee Gum Ja ditampilkan dengan berbagai macam karakter dan pribadi mewakili masa dimana dia harus menghadapi hidupnya yang pahit. Kita akan melihat Lee Gum Ja yang bak seorang malaikat ketika menghabiskan masa-masa hidupnya di penjara. Kita juga akan melihat sosok Lee Gum Ja yang dingin, tanpa hati, penuh kebencian ketika dia mulai merencanakan untuk membalaskan dendam saat keluar dari penjara. Kita juga akan melihat bagaimana Lee Gum Ja yang sangat lugu, hamil luar nikah dan tidak bisa berbuat apa-apa saat harus menerima hukuman atas tuduhan pembunuhan anak-anak. Terakhir kita juga akan melihat Lee Gum Ja berusaha menjadi ibu dengan limpahan kasih sayang untuk anaknya yang selama ini diadopsi dan tinggal di Australia. Karakter-karakter Lee Gum Ja yang beragam inilah yang menjadi pengait dari kisah kisah bagaimana awal hidupnya hingga harus terjebak 13 tahun dalam penjara dan menyusun rencana dengan sempurna untuk membalaskan dendam pada Mr. Baek (Choi Min Sik).

Lee Gum Ja menghabiskan waktu 13 tahun atas tuduhan kejahatan yang tidak pernah dilakukannya. Sangat berat baginya menghabiskan masa 13 tahun di lapas perempuan yang penuh dengan berbagai karakter kriminal wanita dengan berbagai macam tindak tanduk yang unik dan aneh. Lee Gum Ja menjadikan dirinya sosok yang begitu dicintai semua orang. Bahkan untuk menolong salah satu rekan sel-nya, Gum Ja dengan tangan dingin membunuh salah satu narapidana yang memang menjadi momok bagi lainnya. Hari dimana dia dibebaskan menjadi hari yang membuatnya berikrar akan membalaskan masa-masa kelam hidupnya dipenjara. Hari yang menjadi pembuka baginya untuk kembali mengumpulkan puing-puing berserakan dari masa lalunya untuk diperbaiki. Dengan cara seperti apa? Dengan cara yang tidak biasa. Sangat tidak biasa.

Perlahan Lee Gum Ja berhasil memasuki kehidupan Mr. Baek, seorang guru TK yang sebenarnya melakukan tindak pembunuhan belasan anak usia belia yang dituduhkan padanya.
Bagaimana sempurnanya aksi balas dendam ini? Gum Ja mengumpulkan bukti-bukti bahwa dirinya tidak bersalah. Mendatangi semua orang tua dari anak-anak yang telah dibunuh dan menyakinkan semua orang tua tersebut untuk memberikan pembalasan yang setimpal pada Mr. Baek. Tidak mudah memang untuk mengumpulkan para orang tua yang masih terpukul atas terbunuhnya anak mereka, meskipun telah 13 tahun berlalu. Tentu banyak penolakan-penolakan dari mereka, namun didasari atas amarah yang masih mereka miliki, Gum Ja berhasil menyakinkan para orang tua ini. Dengan bantuan teman-temannya selama berada di penjara, Gum Ja mulai menjalankan aksi balas dendam ini. Bukanya hanya dendamnya, tetapi dengam belasan orang tua yang telah kehilangan “malaikat” kecil mereka.

Sementara memulai aksi balas dendamnya, Gum Ja mencoba untuk kembali mencari “rasa” untuk menjadi seorang ibu. Gum yang pada masa lalunya pernah melahirkan seorang anak perempuan yang kala itu tidak bisa dirawatnya karena masih sekolah. Jenny (Kwon Yea Young) diadopsi oleh sebuah keluarga di Australia. Gum Ja mendatangi keluarga angkat Jenny dan melakukan pendekatan pada mereka untuk bisa kembali dekat dengan Jenny dan membawanya pulang ke Korea. Bersama Jenny, Gum Ja menjadi pribadi yang lain, seorang ibu yang ternyata belum begitu siap menghadapi segala macam pertanyaan tentang ketidakhadirannya selama 13 tahun lebih usia Jenny. Kedekatannya dengan Jenny seperti memberi sebuah oase bagi hidupnya yang penuh dendam dan amarah.

Dengan menggunakan alur maju mundur, naskah buatan Park Chan Wook dan Jeong Seo Gyeong perlahan membuka satu persatu jalan hidup pahit Lee Gum Ja. Dengan rapi plot utama film dan sub-plot saling berkaitan menuturkan kisah demi kisah dengan berkali-kali memutar cerita kembali ke masa lalu dan masa sekarang. Kecermatan penyusunan naskah ini menjadi nilai lebih untuk film ini. Twist demi twist hadir semakin banyak dan semakin pahit menjelang film berakhir. Adegan ke adegan terhubung dengan hubungan sebab akibat yang jelas. Tidak ada satupun adegan yang kosong dan tidak perlu, karena keterkaitan yang nyaris tanpa celah. Editing membantu memberikan koneksi-koneksi menarik antara adegan satu dengan lainnya.

Film ini mencampurkan drama, thriller, slasher dan fantasi dengan sangat baik. Pada beberapa scene terasa akan sangat mencekam karena adegan-adegan yang begitu miris. Seperti ketika film memasuki paruh terakhir saat setiap orang tua memutuskan untuk membabi buta secara bergantian menyiksa Mr. Baek. Pada beberapa scene kita akan dibuat haru dan tersentuh dengan bagaimana Gum Ja mengorbankan hidupnya demi kejahatan yang tidak pernah dilakukannya. Pada bagian lain kita akan masuk pada fantasi-fantasi Gum Ja membunuh Mr. Baek. Rangkaian berbagai macam genre di dalamnya tidak membuat film kedodoran, justru sebaliknya, alur dan cerita film menjadi semakin menarik hingga membawa kita pada ujung kisah yang semakin kelam, sadis dan perih.

Sosok Lee Gum Ja berhasil mendapatkan simpati yang sangat besar dari penonton film ini. Sesuai dengan premis film ini tentunya. Tidak peduli bagaimana cara Gum Ja untuk melakukan segala macam rencana dan tindakannya, penonton dari awal dibuat telah berpihak padanya. Bahkan saat Gum Ja memilih cara menghakimi Mr. Baek dengan sadis, penonton "bersorak girang" menanti siksaan demi siksaan yang akan dihadapi Mr. Baek. Chan Wook berhasil memberikan sebuah pemahaman tentang dunia dendam yang begitu dalam bagi Gum Ja pada penonton. Bahkan ketika bertumpu pada pikiran sehat akan terasa sangat berlebihan jika kita melihat tindakan-tindakan Gum Ja dalam film ini membalaskan dendamnya. Tetapi kemudian semua dipatahkan oleh Chan Wook. Dia menciptakan sebuah pemikiran baru tentang dendam yang pahit dan perih akan sangat lumrah jika dibalaskan dengan cara yang membabi-buta tanpa ampun.

Dalam hal ini Park Chan Wook mengambil teori hukum rimba. Kejahatan dibayar dengan kejahatan. Kesakitan dibayar dengan kesakitan. Pembunuhan dibayar dengan pembunuhan. Tidak ada baris-baris kalimat undang-undang hukum dan pengadilan. Chan Wook berusaha memperlihatkan dendam dengan menyelami dunia pikiran manusia yang paling dalam dan kelam. Gum Ja dibuat begitu merana dan menderita sehingga memiliki alasan yang kuat membalaskan dendam tanpa ada lagi rasa kasihan dalam dirinya. Dan Gum Ja berhasil mempengaruhi banyak orang lain yang tanpa nurani bisa mempertaruhkan belas kasihan demi amarah yang masih berkecamuk atas dasar kehilangan orang yang disayang.

Tidak jauh berbeda dengan 2 film sebelumnya, Sympathy for Mr.Vengeance dan Oldboy, naskah yang baik dan nyaris tanpa celah, didukung akting mumpuni dari para pemerannya, segi teknis juga menjadi faktor pendukung yang kuat dalam film ini. Dengan alur maju mundur, editing menjadi nilai lebih untuk ditonjolkan dengan sempurna. Sinematografi yang memanfaatkan berbagai macam warna-warna soft untuk membedakan masa hidup Gum Ja. Satu lagi yang juga sangat memberi nilai lebih untuk film ini adalah musik-musik pengiring film gubahan Choi Seung Yeong, rasakan kebencian, ketegangan, ketakutan, kesedihan dan kebahagiaan menyatu dengan adegan-adegan dalam setiap frame film ini.

Lee Young Ae yang memerankan Gum Ja bermain sangat luar biasa. Pribadi-pribadi Gum Ja yang unik ditampilkannya dengan akting terbaiknya. Tidak salah kemudian salah satu aktris senior Korea Selatan ini mendapatkan banyak penghargaan Aktris Terbaik atas usahanya menghidupkan peran Gum Ja, yaitu dari Cinemanila International Film Festival, Stiges Catalonian International Film Festival, Baek Sang Film Awards, Blue Dragon Film Awards dan Oscarnya Korea, Grand Bell Film Awards. Aktor Choi Min Sik yang dikenal sebagai Oh Dae Soo dalam Oldboy dipercaya kembali oleh Chan Wook, kali ini sebagai Mr. Baek. Choi Min Sik berhasil memberikan penampilan terbaiknya, sebagai seorang guru yang terlihat begitu baik dan sayang pada murid-muridnya yang pada sisi lain adalah monster dengan jiwanya yang sakit membunuh murid-muridnya tersebut.

Park Chan Wook sendiri memenangkan penghargaan sutradara terbaik dari Bangkok International Film Festival. Selain itu mendapatkan penghargaan film-film terbaik dari Venice Film Festival, Sarasota Fil Festival & Fantasporto. Selain itu juga mendapatkan nominasi film berbahasa asia terbaik dari HongKong Film Awards dan nominasi Screen International Awards dari European Film Awards.

Rabu, 25 Mei 2011

The Classic (2003)

Hangul: 클래식
RR: Keulraesik
Sutrdara: Kwak Jae Young
Produser: Jee Yeong-joon, Lee Jae-soon
Penulis Skenario: Kwak Jae-yong
Pemain: Son Ye Jin, Jo Seung Woo, Jo In Sung
Musik:Jo Yeong Wook, Choi Seung Hyun
Sinematografi: Lee Joon-kyoo
Editing: Kim Sang-beom Kim Jae-beom
Studio: Egg Films
Tanggal Rilis: 30 Januari 2003 (Korea Selatan )
Waktu: 127 menit

Film ini bercerita tentang kisah cinta parallel antara ibu dan putrinya. Kisah ibunya diceritakan bertahap secara flashback.
Film ini di buka dengan saat sekarang, dimana sang putri Ji Hye (Son Ye Jin) sedang membersihkan rumahnya dan mendapatkan sebuah kotak berisi penuh dengan surat-surat tua dan buku harian yang menceritakan kisah hidup ibunya Joo Hee (juga dimainkan oleh Son Ye Jin). Secara berkala di film, Ji Hye membaca satu surat dimana memulai flashback tentang satu kisah ibunya. Flashback ini secara tidak langsung berhubungan dengan kisah Ji Hye sendiri saat dirinya jatuh cinta dengan teman sekampusnya Sang Min (Ji In Sung) yang sama-sama mengambil jurusan teater dengannya.
Sang ibu Joo Hee, mengunjungi desa tempat asal orang tuanya saat musim panas dan akhirnya bertemu dengan Joon Ha (Jo Seung Woo). Awalnya mereka berdua berteman biasa dan bersama-sama mereka menjelajahi desa, Joon Ha yang sangat mengenal desa itu membawa Joo Hee bermain di dekat sungai dimana menjadi tempat spesial yang selalu mereka berdua kenang. Saat keduanya akan pulang, mereka justru dihadang oleh badai yang tiba-tiba datang. Mereka berdua berlindung di bawah pohon saat badai tiba dan setelah badai berakhir dalam perjalanan pulang, Joo Hee tidak sengaja justru mencederai kakinya dan tidak dapat berjalan. Joon Ha pun mengendongnya di punggung dan berusaha untuk pulang yang akhirnya membuat orang tua Joo Hee semakin marah karena Joo Hee pergi tanpa izin orang tuanya dan pulang dengan terluka. Sebelum mereka berpisah, Joo Hee memberikan sebuah kalung kepada Joon Ha yang selalu dijaganya sebagai kenangan ketika mereka bersama.
Sayangnya, ketika cinta mulai tumbuh diantara mereka, kemunculan pihak ketiga membuat hubungan mereka tidak dapat berlangsung. Joo hee telah berjanji kepada orang tuanya untuk menikahi Tae Soo (Lee Ki Woo), yang justru merupakan sahabat Joon Ha. Bahkan Tae Soo yang tidak mengetahui isi hati Joon Ha juga meminta bantuannya untuk mendekati Joo Hee. Tapi ketika Tae Soo mengetahui bahwa Joo Hee dan Joon Ha saling menyukai justru membantu mereka saling berkomunikasi secara rahasia dengan membiarkan surat yang ditulis oleh Joon Ha untuk Joo Hee menggunakan namanya. Namun saat ayah Tae Soo mengetahui hal ini, dia justru memukul Tae Soo habis-habisan. Tae soo pun mencoba bunuh diri dan gagal, tujuannya adalah dengan mengorbankan dirinya agar kedua temannya dapat bersama.
Sementara itu di kehidupan sekarang, Ji Hye yang jatuh cinta pada Sang Min harus memendam perasaannya karena temannya Soo Kyeong juga menyukai Sang Min namun sepertinya Sang Min tidak menyadari hal itu. Berulang kali Ji Hye harus menahan rasa sakit karena melihat Soo Kyeong yang terang-terangan menunjukkan rasa sukanya dengan terus menempel pada Sang Min. Ji Hye pun dengan rela menulis surat yang ditujukan kepada Sang Min atas nama Soo Kyeong sahabatnya. Saat valentine tiba, Sang Min memberikan keduanya hadiah tapi Soo Kyeong yang lebih tertarik dengan hadiah Ji Hye meminta mereka bertukar hadiah yang lalu dengan sangat terpaksa disetujui oleh Ji Hye karena tidak ingin mengecewakan sahabatnya. Ji Hye yang hanya dapat memandang Sang Min dari jauh, tidak dapat mengungkapkan isi hatinya pada siapapun. Satu saat ketika hujan dan Ji Hye sedang berteduh di bawah pohon, dia justru bertemu dengan Sang Min yang juga sedang menunggu hujan berhenti. Akhirnya karena hujan yang tidak kunjung reda mereka berdua memutuskan berlari menerjang hujan di bawah jaket Sang Min bersama-sama. *best romantic scene ever*
Kembali ke masa lalu, Joon ha yang merasa bersalah karena sahabatnya yang memutuskan bunuh diri demi dirinya dan Joo Hee yang juga memendam rasa bersalah akhirnya memutuskan untuk berpisah. Untuk mengurangi rasa sakit Joo Hee, Joon Ha pun memutuskan bergabung dengan militer dan berangkat ke Vietnam. Di saat perang berlangsung, Joon Ha kehilangan penglihatannya saat berusaha mengambil kalung yang diberikan oleh Joo Hee karena serpihan bom yang merusak matanya. Ketika dirinya kembali ke Korea, dia bertemu lagi dengan Joo Hee dan berusaha menyembunyikan kebutaannya lalu mencoba meyakinkan Joo Hee bahwa dirinya telah menikah juga berharap Joo Hee dapat terus melanjutkan hidupnya. Dengan hati yang terluka karena hubungan keduanya tidak berhasil, Joo Hee pun berusaha menata hatinya dan menikah dengan Tae Soo. Setelah mereka menikah beberapa tahun dan memiliki seorang putri Ji Hye, Joo Hee tiba-tiba di kunjungi oleh teman Joon Ha yang membawa pesan terakhir Joon Ha sebelum meninggal yaitu abunya dapat dibuang oleh Joo Hee di sungai ketika pertama kali mereka bertemu dulu. Dia lalu menyadari bahwa dulu Joon Ha sebenarnya belum menikah sebelum Tae Soo dan Joo Hee menikah. Dia juga diberitahukan bahwa Joon Ha memiliki seorang anak laki-laki yang sekarang menjadi yatim piatu. Hal ini membuat hatinya semakin sakit dan menangisi kematian Joon Ha.
Di saat ini, kisah cinta Ji Hye pun belum selesai. Ji Hye yang berusaha menyembunyikan perasaannya justru semakin tersiksa karena tidak dapat mengutarakannya pada Sang Min. Sang Min yang tidak tahan melihat sikap Ji Hye akhirnya memberitahukan perasaannya yang sesunguhnya ke Ji Hye bahwa selama ini dirinya juga sangat mencintai Ji Hye. Perasaannya selama ini merupakan cermin dari perasaan Ji Hye sendiri. Dari situ semuanya pun terbongkar bahwa ketika hujan dan mereka berdua berteduh di bawah pohon bersama bukanlah suatu kebetulan karena sebenarnya Sang Min yang melihat Ji Hye berteduh di bawah pohon dari sebuah toko yang tidak jauh dari pohon tempat Ji Hye berteduh justru sengaja meninggalkan payung di toko tersebut sehingga dia dapat berada di bawah pohon yang sama dengan Ji Hye sambil berpura-pura menunggu hujan berhenti. Hadiah yang diberikannya kepada Ji Hye dan Soo Kyeong pun sebenarnya dia sengaja menukarnya sebelum diberikan kepada keduanya karena Sang Min tahu bahwa Soo Kyeong justru akan meminta Ji Hye bertukar hadiah dengannya. Jadi hadiah yang sekarang ada pada Ji Hye memang ditujukan untuk dirinya dari semula.
Ji Hye akhirnya bercerita tentang kisah ibunya kepada Sang Min di tepi sungai tempat kenangan ibunya dan Joon Ha. Diam-diam Sang Min mengalungkan sebuah kalung ke leher Ji Hye saat Ji Hye selesai bercerita. Ternyata kalung itu adalah kalung yang diberikan oleh Joo Hee saat dirinya bertemu dengan Joon Ha dulu. Rupanya selama ini kalung tersebut di pegang oleh Sang Min, putra Joon Ha dan berharap satu saat nanti dapat memberikan kalung itu pada gadis yang dicintainya. Sekarang cinta itu telah sempurna karena putri Joo Hee dan putra Joon ha akhirnya jatuh cinta dan bersama.
Film ini merupakan salah satu karya sutradara pencetak film box office Korea yaitu Kwak Jae Young yang juga menyutradarai film box office lain seperti Watercolor Painting in a Rainy Day (1989), Autumn Trip (1992), Watercolor Painting in a Rainy Day 2 (1993), My Sassy Girl (2001), Windstruck (2004), My Mighty Princess (2007), Cyborg She (2008).
Beberapa scene dengan latar belakang kampus Ji Hye diambil di berbagai univerisas di Korea, seperti adegan perpustakaan di ambil di Universitas Kyung Hee. Ada beberapa kesamaan antara kisah flashback dan kisah sekarang. Di flashback, Joon Ha menulis surat dengan nama temannya Tae Soo yang ditujukan ke gadis yang sama-sama mereka cintai. Sedangkan saat ini, Ji Hye menulis surat atas nama temannya kepada pria yang juga sama-sama mereka cintai. Di flashback, Joo Hee memiliki teman wanita yang sangat menggangu yang justru dijodohkan dengan Joon ha saat sekarang Ji Hye juga memiliki seorang teman yang sangat menggangu hubungannya dengan Sang Min. Joo Hee dan Ji Hye keduanya juga menerima puisi yang sama dari pria yang mereka cintai dan berawal dengan “Ketika matahari bersinar…”
Son Ye Jin menerima beberapa penghagaan karena perannya di film ini seperti:
• Daejong sang Awards ke 40 tahun 2003: Aktris Terbaik (The Classic)
• Baeksang Arts Awards ke 39 tahun 2003: Aktris Pendatang Baru Terbaik (The Classic)
• 2003 Blue Draon Film Awards ke 24tahun 2003 – Artis Terfavorit (The Classic, Crazy First Love)
• Moscow International Love Movie Awards ke 9 tahun 2004: Pasangan Terbaik (The Classic)
The Classic juga dinominasikan di Hong Kong Film Awards dalam kategori Film Terbaik Asia tahun 2004
Music
Film ini dilengkapi dengan soundtrack yang sangat indah dan merupakan ciri khas dari film-film karya Kwak Jae Young.
• 그랬나봐 ("Geuraetna pwa" - World without love) - Kim Hyung Joong
• 고백 ("Gobaek" - Confession) - Delispice – saat scene dalam galeri seni
• 너에게 난 나에게 넌 ("Neoehgeh nan naehgeh neon" - I am yours, you are mine) - Jatanpung – saat scene berlari dalam hujan
• 너무 아픈 사랑은 사랑이아니었음을 ("Neomu apeun sarangeun sarangee anieosseumeul" - It wasn't love if it hurt so much) – Kim Kwang Suk – saat scene di kereta dan pertemuan terakhir
• 사랑하면 할수록 ("Saranghamyon halsoorok" - If we are in love, then...) – dimainkan dengan instrument berbeda selama film. Di bagian akhir film dinyanyikan oleh Han Song Min. Lagu ini juga terdapat versi mandarin dengan judul " Hui Se Kong Jian" (灰色空間) yang dinyanyikan oleh penyanyi, actor, dan MC Taiwan Show Luo sebagai soundtrack drama Taiwan "The Outsider II".
Piano yang dimainkan oleh Joo-Hee adalah Beethoven Piano Sonata 8, movement 2 Pathetique Sonata.
Canon In D nya Pachelbel juga dimainkan sebagai background musik di film ini dan juga menjadi salah satu soundtrack dalam film My Sassy Girl.
Cast
• Son Ye-jin - Ji-hye and Joo-hee (Ibu Ji-hye)
• Jo Seung-woo - Joon-ha
• Jo In-seong - Sang-min
• Lee Ki-woo - Tae-soo (teman Joon-ha)
• Lee Soo-in - Soo-kyeong (teman Ji-hye)
• Seo Yeong-hee - Na-hee (teman Joo-hee)
• Lim Ye Jin – Penjaga Toko

OST
MV
Trailer
Watch Streaming With Eng Subs I
Watch Streaming With Eng Subs II
Watch Streaming With Eng Subs III
Watch Streaming With Eng Subs IV

He Was Cool (2004)

Hangul: 그 놈은 멋있었다
RR: Geunomeun meoshiteotda
Sutradara: Lee Hwan-gyeong
Produser: Gwak Jeong-Hwan
Penulis Novel: Guiyeoni
Penulis Screenplay: Lee Hwan-Gyeong
Genre: Komedi Romantis
Pemain: Song Seung Hun - Ji Eun Seung
Jung Da Bin - Han Ye Won
Musik: Ahn Jeong-Hun
Sinematografi: Lee Gang-Min
Editing: Kim Seon-Min
Distribusi oleh: Hapdong Films
Tanggal Rilis: 22 Juli 2004 (Korea Selatan)
Waktu: 113 menit
Bahasa: Korean

He Was Cool adalah film yang diadaptasi dari karya Guiyeoni, yang juga dikenal dengan The Guy Was Cool. Film ini bercerita tentang seorang gadis SMU yang ceria bernama Han Ye Won (Jung Da Bin) dan seorang anak SMU berandalan bernama Ji Eun Seung (Song Seung Hun). Suatu hari, Ye won sengaja meningggalkan pesan di website sekolah untuk membalas pesan Eun Seung yang tidak sopan. Awalnya Ye Won tidak mengetahui siapa Eun Seung sebenarnya sampai sahabatnya Lee Kyung Won yang memberitahu bahwa Ji Eun Seung merupakan anak SMA berandalan yang sangat di takuti dan tidak ada seorang pun yang mau berhubungan dengan Eun Seung karena akan berakhir di rumah sakit. Dia sangat kaget ketika tiba-tiba dirinya di telepon oleh seorang pria saat dirinya berada di sebuah salon karena ternyata pria yang meneleponnya adalah Eun Seung, berandalan yang tempo hari menulis pesan di website sekolah. Namun ketidakberuntungannya semakin menjadi-jadi karena sebenarnya Eun Seung yang tidak dikenalnya itu justru berada di salon yang sama dengannya, Eun Seung pun kaget karena wanita yang di cari-carinya duduk disebelahnya. Ye Won yang kaget segera berusaha lari dari kejaran Eun Seung walaupun dengan rambut yang belum selesai di cat lengkap dengan papan pelurus rambut, begitu juga dengan Eun Seung yang mengejar Ye Won dengan handuk di kepalanya. *hahaha lucu banget scene ini*

Keadaan yang tidak diinginkan Ye Won justru sering terjadi, berulang-ulang dia berusaha melarikan diri dari kejaran Eun Seung tapi berakhir dengan mereka berdua tidak sengaja berciuman. Akibat ciuman yang tidak diharapkan itu, Eun Seung yang semula ingin mengerjai Ye Won akhirnya memaksa Ye Won menjadi kekasihnya dan menikahinya karena sebelumnya tidak ada seorang gadis pun yang pernah menciumnya. Ye Won yang tahu reputasi Eun Seung sebagai berandalan sekolah tentu tidak mau dan menolak permintaan Eun Seung. Eun Seung yang keras kepala terus saja mengejar Ye Won dan berusaha mengumumkan ke semua orang bahwa Ye Won adalah kekasihnya bahkan mengundang Ye Won sebagai tamu kehormatan di pesta ulang tahunnya tapi tentu saja Ye Won tidak muncul di pesta tersebut dan justru bertemu dengan temannya Jung Min yang sudah lama tidak ditemuinya. Eun Seung yang marah akhirnya muncul di tempat Ye Won dan Jung Min sedang bertemu, dia datang dengan seorang gadis bernama Hyo Sun yang diakuinya sebagai pacar baru Eun Seung agar Ye Won cemburu. Sayangnya usaha Eun Seung sia-sia karena Ye Won justru tidak peduli apa yang dilakukan oleh Eun Seung. Eun Seung yang semakin marah akhirnya memukul Jung Min dan membuat Ye Won tidak ingin beruurusan dengan Eun Seung dalam keadaan apapun.

Satu ketika saat Ye Won berada di sebuah klub malam bersama temannya, dia justru di datangi oleh segerombolan berandalan yang merupakan musuh Eun Seung, lucunya salah satu berandalan itu memakai seragam SMA dengan papan nama Song Seung Hun (nama aslinya Eun Seung hehehe tapi dia nya jelek banget) dan mereka membawa Ye Won ke kamar mandi dan mengancam akan memukulnya sebagai pacar Eun Seung karena dendam mereka kepada Eun Seung. Ye Won yang tidak terima menjadi sasaran dendam Eun Seung langsung menjelaskan bahwa dirinya sudah tidak berhubungan dengan Eun Seung lagi tapi mereka tentu saja tidak percaya lalu tiba-tiba dari salah satu pintu kamar mandi yang di belakang Ye Won terbuka dan keluarlah Hyo Sun yang kemudian mengaku dirinyalah sekarang pacar Eun Seung. Berandalan itu pun menyuruh Hyo Sun untuk menelepon Eun Seung sebagai bukti bahwa dirinya memang pacar Eun Seung sekarang. Hyo Sun lalu menelepon Eun Seung untuk datang ke klub malam karena dirinya di sekap oleh berandalan, Eun Seung hampir saja menutup teleponnya tapi tiba-tiba dia justru mendegar suara Ye Won di belakang yang memintanya jangan datang ke klub malam karena itu merupakan jebakan.

Eun Seung yang ogah-ogahan karena telepon dari Hyo Sun justru datang ke klub malam karena mengetahui Ye Won juga berada di klub itu. Sayangnya karena jumlah berandalan yang bermusuhan dengan Eun Seung sangat banyak, dia justru berakhir di rumah sakit dengan luka memar dan patah tulang. Ye Won yang merasa tersentuh akan usaha Eun Seung akhirnya berbalik simpati dan mulai jatuh hati dengan Eun Seung lalu setiap hari menjenguk Eun Seung di rumah sakit. Saat Ye Won datang menjenguknya, Eun Seung yang melihat handphone Ye Won yang jelek akhirnya memaksa Ye Won bertukar handphone dengannya. Ye Won yang sangat senang mendapatkan HP keluaran terbaru langsung menggunakan HP Eun Seung seenaknya dan memakainya untuk merekam isi kamarnya. Saat itulah seorang teman Eun Seung menelepon dan mengira Eun Seung yang mengangkat lalu berbicara tentang insiden ketika Eun Seung masih kecil, Ye Won yang kaget memaksa teman Eun Seung itu untuk menceritakan segalanya.

Akhirnya diapun bercerita bahwa ayah Eun Seung meninggal akibat AIDS saat Eun Seung kecil dan dulu tidak ada seorang anakpun yang mau memegangnya karena takut Eun Seung juga mengidap AIDS. Bahkan ketika sebuah permainan dan salah satu anak mulai mencium semua anak, dia juga tidak mau mencium Eun Seung dengan alasan ibunya melarang dirinya berdekatan dengan Eun Seung yang merupakan anak penderita AIDS. Sejak saat itulah, Eun Seung mulai tidak mau disentuh oleh orang lain dan menjadi berandalan. Karena hal ini lah membuat ye Won semakin jatuh hati pada Eun Seung yang kasar.

Eun Seung sebenarnya sangat mencintai Ye Won tapi dia bukanlah pria yang dapat mengekspresikan isi hatinya. Dia sangat cemburu ketika Ye Won bersama pria lain tapi dia tidak tahu bagaimana bersikap pada orang yang dicintainya.

Walaupun dirinya kasar dan temperamen, Eun Seung selalu memaafkan kesalahan dan kebodohan Ye Won. Satu hal yang tidak bisa diterimanya adalah Ye Won mulai dekat dengan Kim Han Sung (Lee Ki Woo), senior yang sangat dibencinya. Eun Seung yang sakit hati dan salah paham akan hubungan Ye Won dan Han Sung memutuskan untuk meninggalkan Korea dan mengikuti ibunya ke Amerika.

Setahun telah berlalu dan Ye Won sedang berdiskusi dengan Han Sung tentang tes masuk universitas yang tidak lama lagi dan membuatnya sangat takut. Sepertinya hubungan mereka hanya sebagai teman dekat dan tidak lebih. Ketika ujian masuk universitas tiba, Ye Won mendengar kisah Romeo dan Juliet sebagai soal ujian bahasa Inggris. Saat itu, Ye Won kembali teringat akan Eun Seung yang tiba-tiba menghilang dan membayangkan dirinya bertemu dengan Eun Seung di depan kotak telepon umum saat salju pertama turun seperti impiannya dulu. Ye Won langsung lari keluar dari ruangan dan menuju ke taman tempat biasanya dia bertemu dengan Eun Seung dulu dan duduk menghadap kotak telepon umum. Ye Won mulai menangis karena Eun Seung tidak berada disitu bersamanya, ketika dia berbalik sebuah kelinci melompat kepadanya. Kelinci itu adalah kelinci yang sama ketika dulu dia berikan kepada Eun Seung. Dia berdiri dan melihat Eun Seung di hadapannya, Ye Won berteriak “Kenapa kau pergi tanpa mengucapkan perpisahan?” dan Eun Seung membalas “Cinta sejati tidak butuh kata-kata”

Film berakhir dengan memori masa kecil Eun Seung di sebuah upacara penerimaan siswa baru SD dimana satu-satunya anak yang mencium Eun Seung adalah Ye Won. Yang menarik di film ini adalah, di awal film Ye Won memakai handphone Eun Seung untuk merekam video di kamarnya dan menunjukkan foto dirinya bersama temannya ketika kecil. Temannya saat kecil itu sebenarnya adalah Eun Seung, dan menunjukkan koneksi antara mereka berdua. Ketika Eun Seung melihat video itu di handphonenya saat film berakhir, dia terkejut melihat dirinya di foto itu dan ,mengingat Ye Won adalah gadis yang dulu menciumnya.

Ada adegan paling lucu di film ini yang membuat teman-temanku justru menamakan film ini adalah “film mie ayam” karena saat Ye Won akan datang berkunjung ke sekolah Eun Seung dengan memakai baju yang seksi dia justru memakai setelan bercorak zebra dan membawa kelinci sebagai hadiah, namun ketika HP nya jatuh di halaman sekolah Eun Seung dan berusaha mengambil HP itu kepalanya justru terjebak dipagar sekolah Eun Seung. Saat itu juga kepala sekolah Eun Seung menyuruh semua siswanya yang sedang berbaris berbalik kearah pagar untuk memungut sampah. Awalnya Eun Seung juga ikut tertawa seperti teman-temannya ketika melihat seorang gadis yang kepalanya terjebak diantara pagar dengan baju norak dan kelinci di tangannya tapi ketika dirinya sadar gadis itu adalah Ye Won dia pun berteriak memerintahkan semua murid untuk berbalik lalu melarang mereka mengintip dan mengambil tang untuk memotong kawat pagar di kepala Ye Won. Ye Won yang malu pun berlari dengan potongan kawat pagar di kepalanya dan berusaha menghilangkan rasa malu dengan berkaraoke, salah satu lirik lagu karaoke yang dia nyanyikan adalah “jjampong” yang sebenarnya berarti mie seafood namun dari subtitle dvd justru diartikan menjadi “mie ayam” dan dari situlah film ini lebih sering disebut dengan “film mie ayam” oleh teman-temanku hahahaha

Film ini merupakan salah satu film terbaik yang dihasilkan Jung Da Bin sebelum dirinya meninggal bunuh diri 10 Februari 2007 lalu. Jadi ingat film ini dan langsung pengen nulis review nya saat baca berita beberapa hari lalu kalau orang tua Jung Da Bin menikahkan anaknya dengan seorang pria yang juga telah meninggal tahun 2002 secara spiritual dan kuburan Jung Da Bin akan dipindahkan di sebelah kuburan pria itu. Kedua keluarga yang tampaknya merupakan teman dekat berharap anak-anak mereka dapat berbahagia di alam lain sebagai pasangan suami istri walaupun semasa hidup mereka tidak pernah berkenalan. Mereka berharap kedua anak mereka yang meninggal sebelum sempat menikah itu dapat disatukan walupun hanya jasadnya saja yang bersebelahan, agak ngeri sih baca berita ini tapi sepertinya keyakinan orang Korea memang berbeda dengan Indonesia jadi kita cuma dapat menghormati keyakinan mereka.

Watch Streaming With Eng Sub I

Watch Streaming With Eng Sub II

Jumat, 13 Mei 2011

Breath (2007)

Director :
Kim Ki Duk
Cast :
Chen Chang – Jang Jin
Park Ji Ah – Yeon
Ha Jeong Woo – Yeon’s Husband     

Kim Ki Duk dikenal sebagai salah satu sutradara asal Korea Selatan yang memiliki sejumlah karya mengagumkan. Sebut saja The Isle (2000), Bad Guy (2001), Spring Summer Fall Winter and Spring (2003, 3 Iron (2004) dan Time (2007). Film-film ini telah melanglang buana pada banyak festival-festival film internasional dan mendapatkan apresiasi baik. Kim Ki Duk selalu menuangkan ciri khas unik yang membuat filmnya menjadi terasa begitu istimewa. Keberhasilannya ini membawa nama Kim Ki Duk selalu disandingkan dengan sutradara kawakan asia lainnya seperti Wong Kar Wai, Hou Hsio Hsien dan Zhang Yi Mou. Dalam Breath yang merupakan feature film ke 14nya ini Kim memberikan kembali sebuah kisah instalasi pertemuan dua karakter manusia yang berkutat dengan kesedihan dan kesendirian yang mendalam.

Yeon (Park Ji Ah) adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Fokusnya untuk menjadi istri dan ibu yang baik untuk suaminya (Ha Jeong Woo) dan anak semata wayangnya. Saat suaminya muncul dengan pengakuan perselingkuhan yang dilakukannya dan berjanji akan berubah menjadi lebih baik, Yeon justru menemukan keputusasaan dalam hidupnya. Hubungan dengan suaminya menjadi hambar dan semakin mengarah pada kebosanan dan keterpurukan. Sampai suatu hari Yeon menonton sebuah siaran televisi mengenai seorang narapidana yang bernama Jang Jin (Chen Chang). Jang melakukan percobaan bunuh diri untuk yang kesekian kalinya. Yeon justru berempati pada Jang karena dia juga pernah berencana melakukan bunuh diri. Yeon seperti merasakan kegalauan Jang. Yeon akhirnya memutuskan untuk menemui Jang di penjara.
Jang sedang menanti hari eksekusinya. Pria terlihat tidak lagi memiliki semangat hidup. Hidupnya seperti terseok-seok pada emosi yang tidak pernah dia ungkapkan. Kondisi itupun harus diperparah dengan tekanan secara seksual dari teman satu selnya. Kedatangan Yeon mengunjunginya memberikan hiburan bagi Jang. Yeon semakin sering berkunjung. Pada pertemuan demi pertemuan tersebut Yeon berkeluh kesah tentang segala yang dirisaukan. Jang lebih banyak diam menjadi pendengar yang baik. Pada setiap kunjungannya Yeon juga mendesain interior ruang kunjung penjara mengunakan macam-macam atribut dengan menyesuaikan musim saat itu. Merasa semakin mendapatkan penghibur yang selama ini tidak pernah diterimanya, Jang mulai selalu menantikan kedatangan Yeon.

Melalui pertemuan demi pertemuan juga kisah hidup Jang mulai terbuka, bagaimana dia bisa menjadi narapridana dengan hukuman mati, apa yang menyebabkan dia berkali-kali melakukan percobaan bunuh diri. Yeon sendiri seperti merasakan sesuatu yang lebih berarti mengisi lembar baru hidupnya.

Ada beberapa hal dalam film ini yang dibiarkan tanpa ada penjelasan dan eksplorasi lebih. Bahkan terasa sekali Kim Ki Duk membiarkan nalar tidak bekerja seutuhnya untuk film ini. Dialog yang sangat minim justru menjadi kekuatan utama film ini karena berhasil menerjemahkan interaksi, ekpspresi dan gerakan pada bahasa yang lebih universal. Inilah kemasan terbaik film ini yang disajikan tanpa perlu dipahami, terserah penonton bagaimana mereka memberikan arti dan pemahaman untuk film ini.

Kim Ki Duk memikilih aktor asal China, Chen Chang yang terkenal dengan Crouching Tiger Hidden Dragon, The Go Master dan Eros untuk memerankan Jang. Keterbatasan bahasa justru menjadi keunikan film ini, karena tidak ada satupun dialog yang diucapkan Jang, hanya mengandalkan kekuatan ekspresi dan bahasa tubuhnya. Hal ini telah pernah dilakukan oleh Kim Ki Duk pada film sebelumnya yaitu 3 Iron. Pemilihan pemain berbeda bahasa kembali dilakukan pada filmnya karyanya setelah film ini yang berjudul Sad Dream, Kim Ki Duk memilih Joe Odagiri, aktor asal Jepang.

Film yang menjadi official selection Cannes Film Festival 2008 mengemas Cinta menjadi lambang kekuatan dalam kisahnya. Cinta diperlihatkan bisa datang kapan saja, dimana saja dan kepada siapa saja. Bahwa cinta adalah rasa paling utama untuk bisa memberikan komunikasi terbaik bahkan bagi dua orang yang tidak pernah saling mengenal sebelumnya. Cinta dan kegalauan mecoba mencari nafas-nafas yang tepat. Nafas untuk menentukan jalan terbaik untuk hidup ini.